Manusia lahir ke dunia tanpa
membawa jabatan, pangkat atau kedudukan, semuanya dalam keadaan sama
dimata Allah swt. Dalam perjalanannya manusia berkumpul dengan manusia
yang lain maka terjadilah komunikasi sampai pada terbentuknya
organisasi.
Dengan terbentuknya suatu organisasi maka munculah orang yang memimpin dengan orang yang dipimpin atau dengan kata lain ada orang yang mempunyai kedudukan tinggi dan ada orang yang tidak mempunyai kedudukan sama sekali.
Dengan terbentuknya suatu organisasi maka munculah orang yang memimpin dengan orang yang dipimpin atau dengan kata lain ada orang yang mempunyai kedudukan tinggi dan ada orang yang tidak mempunyai kedudukan sama sekali.
Setiap manusia ingin memperoleh jabatan, kedudukan dengan derajat yang tinggi baik dimata Allah maupun dimata sesama manusia. Untuk memperoleh jabatan dan derajat tersebut manusia berusaha baik secara dzahir atau batin sebab dengan kedudukan itulah manusia memperoleh jabatan antara lain berpendidikan tinggi, mempunyai keterampilan, keahlian, dll. Sedangkan usaha secara batin untuk memperoleh jabatan antara lain dengan shalat, membaca Al Qur’an, wirid, dzikir, do’a, dll.
Oleh karena Al Qur’an isinya sangat lengkap dan mempunyai berbagai macam khasiat diantaranya untuk memperoleh jabatan luhur, demikian juga pada bacaan salawat, shalat malam, dan amalan – amalan lain. Selanjutnya saya akan menjelaskan beberapa surat atau ayat Al Qur’an dari amalan yang berhubungan dengan perolehan jabatan yang luhur.
Surat pertama yang akan saya jelaskan yaitu Surat An-Najm 15 ayat pertama:
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (6) وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى (7) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (8) فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى (9) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (10) مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى (11) أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (12) وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15)
Artinya :
1. Demi bintang ketika terbenam,
2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,
3. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,
6. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.
7. sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
8. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi,
9. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
10. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
12. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
13. Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
14. (yaitu) di Sidratil Muntaha.53:15. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
Surat An-Najm terdiri dari 62 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah (diturunkan di Mekkah) sesudah surat Al Ikhlas. Sesuai dengan namanya “An Najm” yang artinya bintang, maka surat ini mempunyai khasiat yang berhubungan dengan kedududukan, jabatan atau pangkat yang senantiasa berada diatas sebagaimana keberadaan bintang.
Surat An Najm mempunyai khasiat untuk melanggengakan jabatan atau jabatan tidak gampang digeser orang dan untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi apabila dibaca rutin/istiqamah. Agar jabatan aman dari geseran dan gangguan orang lain hendaknya seluruh ayat dalam surat An Najm yang berjumlah 62 ayat tersebut ditulis pada kulit kijang lalu dipakai untuk ikat pinggang.